Wamen BUMN Blak-blakan soal Abu Dhabi Islamic Bank Akuisisi 15% Saham BSI (BRIS)
Wakil Menteri BUMN Kartika Wiroatmodjo alias Tiko mengatakan sejauh ini belum ada topik pembicaraan yang dikomunikasikan pada BUMN terkait rencana tersebut.
“Belum ada pembicaraan dengan kita. Untuk [pencarian investor] saat ini kita lagi wait and see. Soalnya saat ini harga saham BSI sudah tinggi, jadi lihat ke depan,” ujarnya usai agenda
Adapun, Tiko menyebut terpantau kinerja BSI makin baik, termasuk dari segi peningkatan laba maupun kinerja rasio margin bunga bersih
Ke depan, dia mengatakan BSI akan didorong untuk BSI bisa masuk indeks MSCI atau Morgan Stanley Capital International, yaitu indeks saham yang diluncurkan oleh sebuah lembaga riset internasional Morgan Stanley.
“Kita akan tambah kepemilikan [saham] publik. Kita dorong untuk masuk MSCI, supaya naik likudiitasnya,” ujarnya.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data RTI Business, komposisi pemegang saham BSI per 31 Maret 2024, terdiri atas Bank Mandiri yang menggenggam 51,47% saham, diikuti BNI sebesar 23,24%, dan BRI mencapai 15,38%. Sementara itu, kepemilikan publik atas saham BSI sebesar 9,87%.
Melansir dari
Adapun, tujuan dari akuisisi tersebut adalah untuk memanfaatkan pertumbuhan yang cepat terkait layanan keuangan Islam di Asia Tenggara. Potensi akuisisi sebesar 15% saham BRIS dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) diketahui menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan Abu Dhabi Islamic Bank.
Akan tetapi, sumber tersebut menegaskan bahwa diskusi ini masih dalam tahap awal dan belum ada jaminan kesepakatan. Ketika dikonfirmasi, ADIB dan BRI kompak menolak untuk memberikan komentar.
Sementara, Corporate Secretary BSI Gunawan Hartoyo tidak dapat memberikan informasi lebih jauh, lantaran dia menyebut hal ini sepenuhnya ranah pemegang saham perseroan.
“Yang bisa kami katakan adalah bahwa informasi di atas berada dalam domain para pemegang saham kami," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Sumber : Bisnis.com