Harap Tunggu ...
Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dinilai menjadi salah satu negara dengan ekonomi yang kuat di dunia sehingga menjadi tujuan investasi di tengah volatilitas perdagangan global.
Sonny Samuel, Global Markets Director UOB Indonesia menuturkan proyeksi positif ini terlihat dari derasnya modal asing masuk ke Tanah Air. Padahal saat yang sama, kewaspadaan investasi investor global tengah meningkat.
"Indonesia very strong country. Pertama penyelesaian Covid-19 yang sangat baik. Kedua, saat gejolak ekonomi global dapat tertangani efeknya, dampaknya US $5 miliar masuk [membanjiri pasar Indonesia baik di pasar keuangan maupun investasi langsung]," kata Sonny dalam Media Editors Circle dengan tema Peran Perbankan dalam Mendukung Perekonomian Indonesia melalui Sektor Pasar Modal, pada pekan lalu (24/5/2023).
Dia juga menekankan, setelah persoalan kenaikan pagu utang di Amerika Serikat tuntas, negara emerging market seperti Indonesia juga akan kembali mendapatkan dampak positif. Dana global yang selama negosiasi utang diparkir pada instrumen safe haven akan kembali mencari sasaran investasi yang menguntungkan seperti ke Indonesia.
"Batas utang saya yakin akan diselesaikan dengan baik [oleh Presiden AS Joe Biden dan Kongres dari partai Republik]," katanya menambahkan.
Untuk itu Sonny mengingatkan para investor lokal juga mengambil posisi di pasar keuangan Tanah Air. Menurutnya, saat keadaan kembali normal dan pasar keuangan Indonesia kembali berpacu naik akan terjadi dalam beberapa waktu kedepan. "Asing saja yakin yang terlihat dari investasinya, masak kita tidak," katanya membandingkan.
Sementara itu, data Bursa Efek Indonesia pada periode perdagangan sepekan, 22 - 26 Mei 2023, mencatat investor asing melakukan net buy sebesar Rp2,17 triliun.
Dia mengatan sejumlah kebijakan hilirisasi masih sangat mendukung perekonomina Indonesia seperti bijih besi hingga nikel.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) Deni Ridwan menjelaskan Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi di tengah ancaman resesi global.
Dia menuturkan terdapat tiga faktor yang menjadi kewaspadaan saat ini yakni tensi geopolitik. Perang Rusia Ukraina dan sejumlah negara lainnya yang bertikai menjadi salah satu membuat perubahan lanskap perekonomian.
Lainnya, Deni menyebutkan perubahan iklim dan pertumbuhan teknologi menjadi penentu perubahan. Sedangkan dampaknya yang belum berakhir adalah pandemi Covid-19. Meski secara medis semakin terkendali, dari sisi ekonomi, Covid-19 masih meninggalkan 'memar' pada perekonomian seperti belum pulihnya rantai pasok distribusi akibat PHK hingga ketersediaan bahan baku di hulu.
Indonesia sendiri dinilai tetap dapat tumbuh karena ditopang oleh konsumsi. Setelah pandemi yang panjang Indonesia mendapatkan momentum mudik yang mencakup 120 juta orang, selannjutnya ekonomi mudik ini diharapan meningkatkan perputaran uang di daerah.
Momentum mudik ini kemudian disambut oleh Pemilu Serentak 2024 yang secara historis meningkatkan konsumsi dan belanja di tengah masyarakat.
Deni menyebutkan, pemerintah juga meyakini mampu tumbuh di atas 5 persen pada 2024 mendang. Indonesia sendiri dengan kebijakan hilirisasi telah mendapatkan hasil yang positif seperti menjadi surplus dalam berdagang dengan China dari sebelumnya selalu defisit.
"Ini menunjukkan policy hilirisasi menunjukkan hasil luar biasa," katanya.
Sumber : Bisnis.com