Inflasi Terus Rendah, Pemangkasan BI Rate Berpotensi Terjegal Rupiah

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi inflasi Januari 2025 secara bulanan mengalami deflasi sebesar 0,76% sementara secara tahunan mengalami inflasi 0,76%.
Capaian tersebut pun tercatat sebagai deflasi bulanan terdalam sejak Agustus 1999 dan inflasi tahunan terendah sejak Januari 2000 yang lalu.
Kebijakan
Meski inflasi melandai, namun komponen inflasi inti dan harga bergejolak atau
Di tengah tren inflasi yang terus melandai dan terkendali, membuka ruang pemangkasan suku bunga acuan BI Rate. Sayangnya, situasi rupiah cenderung melemah, terlebih perang dagang baru saja dimulai dan membuat dolar AS semakin kuat.
Baca Juga
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (
Menurutnya, Bank Indonesia (BI) kemungkinan tidak akan melakukan intervensi secara signifikan, dengan fokus pada daya saing rupiah. Pasalnya, tekanan inflasi dapat meningkat karena biaya impor bahan pokok meningkat.
"Dengan meningkatnya inflasi domestik dan volatilitas rupiah, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan BI Rate pada level 5,75% dalam pertemuan tanggal 18—19 Februari 2025, sejalan dengan sikap
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto menyampaikan dengan penguatan indeks dolar atau DXY yang hampir ke angka 110, memberikan sinyal mata uang non-dolar AS khususnya mata uang
Dengan kata lain, pelemahan rupiah bukan karena fundamental, namun karena penguatan dolar AS yang juga menekan mata uang di negara
Edi tidak dapat membagikan proyeksinya terkait sampai kapan volatilitas rupiah akibat Trump akan berlangsung. Satu hal yang menjadi fokus baginya, yakni menjaga investor tetap
"Tentu dalam kondisi demikian yang penting adalah menjaga
Melihat Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025, Gubernur BI Perry Warjiyo memutuskan untuk menurunkan BI Rate dari 6% menjadi 5,75%.
Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5%±1%, terjaganya nilai tukar rupiah—meski di level Rp16.300-an per dolar AS—yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Perry memastikan bahwa Bank Indonesia akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan nilai tukar yang sesuai fundamental, dengan tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional.
"Kami mencermati masih terbukanya ruang penurunan
Sumber : Bisnis.com