Harap Tunggu ...

Bank-Bank Milik Konglomerat Terjebak di Zona Lonjakan Kredit Bermasalah

November 13, 2024 | IARFC Indonesia

Meskipun demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyatakan bahwa peningkatan NPL tersebut bersifat siklikal sesuai dengan strategi masing-masing bank.

"Kita melihat bahwa banyak bank itu punya strategi masing-masing. Kapan misalnya melakukan penghapus bukuan, restrukturisasi dan lainnya yang dilakukan secara rutin oleh mereka," ujarnya saat ditemui

Dian menekankan bahwa pengawasan masih berjalan normal dan tidak ada masalah mendasar selama NPL di bawah ambang batas 5%, sehingga situasi dianggap aman. Dirinya optimistis kenaikan NPL ini hanya bersifat sementara dan kemungkinan akan menurun di laporan berikutnya.

Bahkan, kata Dian, perkembangan bisnis yang bersifat siklikal ini mendorong bank melakukan penyesuaian terhadap profit perusahaan.

Menurutnya, fluktuasi keuntungan besar dan kerugian merupakan hal biasa dalam bisnis perbankan, selama bank tetap berada dalam koridor rasio keuangan yang sehat.

Baca Juga

"Kita lihat permodalan mereka kuat, LDR juga masih bagus, dan

Sejumlah bank milik konglomerat memang mencatatkan rasio NPL tinggi, misal PT Bank MNC Internasional Tbk. (

Tercatat, rasio kredit bermasalah atau NPL

Sebelumnya, Presiden Direktur MNC Bank Rita Montagna mengatakan dari sisi penyaluran kredit, MNC Bank masih tetap fokus untuk mengoptimalkan realisasi penyalurannya melalui commercial terutama pada segmen

"Pada tahun 2025, kami optimistis untuk dapat meningkatkan total aset hingga Rp30 triliun melalui program dan rencana bisnis yang berfokus pada kinerja likuiditas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/11/2024).

Adapun, pertumbuhan kinerja perseroan diimbangi dengan rasio keuangan yang terjaga pada kuartal III/2024, hal ini tecermin dari permodalan MNC Bank makin kokoh, Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) berada pada level 27,55%, berada jauh di atas batas minimum rasio kecukupan modal yang ditetapkan regulator.

Selanjutnya, PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) atau

Menariknya, di tengah pembengkakan NPL, justru keduanya mencatatkan penyusutan kerugian penurunan nilai aset keuangan

Sementara itu, pemain lainnya yaitu PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (

Pada saat yang sama, bank tersebut mencatatkan pembengkakan kerugian penurunan nilai aset keuangan

Tercatat, laba bersih MAYA senilai Rp49,62 miliar pada kuartal III/2024. Nilai tersebut turun 24,86% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya, yang senilai Rp66,03 miliar pada kuartal III/2023. 

Dari kacamata pengamat, Head of Research LPPI Trioksa Siahaan mengatakan peningkatan NPL di bank saat ini lebih dikarenakan penurunan

Sedangkan, dia pun membenarkan bahwa sebagian bank memang mencatatkan penurunan cadangan di tengah kenaikan NPL.

"[Pencadangan penurunan terjadi] karena ada yang mengalami perbaikan atau melalui penjualan aset jaminan membuat pencadangan yang sudah dibentuk terlihat berlebihan sehingga pencadangan dapat diturunkan,” ujarnya kepada

Sumber : Bisnis.com

IARFC Indonesia

021-503-002-05
contact@iarfcindonesia.com
Hubungi Kami