Harap Tunggu ...

5 Poin Penting Hasil RDG BI, dari Prospek Rupiah Menguat hingga Peluang Suku Bunga Turun

August 22, 2024 | IARFC Indonesia

Sejatinya BI memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, salah satunya karena inflasi yang terkendali sepanjang tahun. Namun demikian, jajaran Dewan Gubernur BI meyakini bahwa keputusan menahan lagi suku bunga acuan merupakan langkah terbaik.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20 dan 21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (21/8/2024).

Hasil itu sesuai perkiraan para ekonom, tercermin dari konsensus yang dihimpun

Langkah BI pun sejalan dengan pergerakan suku bunga

Pasar meyakini bahwa Federal Reserve atau The Fed akan memangkas suku bunga pada September 2024. Namun, pasar masih menganalisis apakah The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 bps atau mencapai 50 bps.

Baca Juga

Suku bunga The Fed memang menjadi salah satu tolok ukur bagi BI dalam menentukan kebijakan moneter. Pasalnya, BI harus menjaga keseimbangan arus modal dan nilai tukar rupiah melalui

Setelah mempertahankan suku bunga pada bulan ini, BI memberi petunjuk adanya peluang penurunan suku bunga dalam beberapa waktu ke depan.

Berikut poin-poin penting RDG BI Agustus 2024:

1. BI Tahan Suku Bunga

Bank sentral memilih mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada 6,25%. Artinya, suku bunga di level tersebut telah bertahan selama lima bulan.

Sebelum kenaikan,

Dalam pengumuman suku bunga BI kemarin, bank sentral juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,50% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 7,00%.

Perry mengatakan keputusan itu konsisten dengan fokus kebijakan moneter pro-stabilitas, yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah, serta langkah

2. Kondisi Ekonomi Global Masih Tidak Pasti

Perry Warjiyo memperkirakan ekonomi global berpotensi akan melaju lebih lambat meski estimasi pertumbuhan ekonomi di angka 3,2%. Hal tersebut akibat masih terjadinya ketidakpastian pasar keuangan global mulai mereda dengan risiko yang masih tinggi.

"

Sejalan dengan hal tersebut, bahkan Perry melihat ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II 2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.

Di sisi lain, ekonomi China masih belum kuat sementara ekonomi Eropa terpantau terus membaik.

Perry lebih lanjut menjelaskan bahwa perlambatan ekonomi AS berdampak pada meningkatnya pengangguran dan menurunnya inflasi yang lebih cepat ke arah sasaran inflasi jangka panjang sebesar 2%.

Alhasil, perkembangan ini mendorong kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih besar dari prakiraan.

3. Suku Bunga dan Rupiah Dukung Penguatan Manufaktur serta Pangan

Perry menekankan bahwa kondisi rupiah yang stabil dan berada pada posisi yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Rupiah yang menguat membuat harga lebih murah, khususnya

Kinerja rupiah saat ini mendukung inflasi yang rendah, khususnya

Penguatan rupiah juga akan mendukung peningkatan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan

4. Rupiah Akan Terus Menguat

Nilai tukar rupiah mencatatkan penguatan atau apresiasi 5,34% selama Agustus 2024. Adapun, pada perdagangan Kamis (22/8/2024) rupiah dibuka melemah 0,27% ke posisi Rp15.541 per dolar AS, bersamaan dengan penguatan indeks dolar 0,22% ke level 101,261.

Perry menyampaikan penguatan rupiah dalam sebulan terakhir didukung oleh bauran kebijakan moneter Bank Indonesia, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.

BI pun meyakini bahwa rupiah akan terus menguat sampai tahun depan karena fundamental perekonomian

"Ke depan,

Meskipun demikian, pemerintah rupanya memproyeksikan bahwa ada risiko rupiah melemah pada tahun depan. Hal itu tercermin dari

Menyikapi hal itu, jajaran pimpinan BI menyatakan akan menyampaikan pendapat dan analisis mereka soal prospek penguatan rupiah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada pekan depan.

"Itu tentu saja hak prerogatif pemerintah dan Banggar [Badan Anggaran DPR] untuk bagaimana menggunakan pandangan-pandangan. Untuk pembahasan yang akan datang tunggu tanggal 27 [Agustus 2024] ya, itu jadwalnya ada Banggar," ujar Perry.

5. Prospek untuk Turunkan Suku Bunga

Penguatan rupiah dan inflasi yang terkendali belum cukup menjadi alasan BI untuk menurunkan suku bunga acuan pada Agustus 2024.

Menurut Perry, preferensi utama BI adalah pandangan bahwa secara fundamental rupiah masih akan cenderung menguat. Lalu, terus masuknya investasi portofolio, yang semula SRBI, sekarang lebih banyak SBN dan saham juga menjadi pertimbangan besar dalam penentuan suku bunga.

Apa yang ditunggu lagi oleh bank sentral? Menurut Perry, pihaknya masih tetap akan melihat ruang terbuka bagi penurunan BI Rate pada kuartal IV/2024.

"Saya ulang lagi, masih konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya. Sementara untuk kuartal III/2024 fokus kami untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah," tegasnya.

Sumber : Bisnis.com

IARFC Indonesia

021-503-002-05
contact@iarfcindonesia.com
Hubungi Kami